Prinsip-Prinsip Manajemen
Menurut
George R. Terry dan
Leslie W. Rue dalam
Dasar-Dasar Manajemen (2003),
manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen
adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “
managing”—pengelolaan—sedangkan pelaksananya disebut manajer atau pengelola.
Oleh karena itu, agar proses manajemen berjalan sesuai dengan
definisinya, dibutuhkan prinsip-prinsip dasar yang harus dianut oleh
para pelaku manajemen, bukan hanya manajernya saja. Prinsip-prinsip
dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan
sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.
Menurut
Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
- Pembagian Kerja (Division of Work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam
penempatan
karyawan harus menggunakan prinsip
the right man in the right place. Pembagian kerja harus
rasional/objektif, bukan
emosional subyektif yang didasarkan atas dasar
like and dislike.
Hampir di setiap perusahaan terdapat tiga dasar kegiatan, yakni;
memproduksi, menjual, dan membiayai. Walaupun kadang-kadang identitas
seperti tidak jelas, tetap ada karena fungsinya memang penting bagi
operasi dan kelangsungan hidup perusahaan. Fungsi-fungsi tersebut dapat
dijadikan berbagai bagian dari perusahaan. Pemanfaatannya terutama
sekali tergantung sifat dan jumlah pekerjaannya, tersedianya orang-orang
ang mengerjakannya dan spesialisasi tugasnya.
Ricky W. Griffin dalam
Manajemen (2002) pembagian kerja atau pengelompokkan pekerjaan (departementalisasi) bisa dibagi menjadi beberapa bagian, yakni:
- Departementalisasi Fungsional, mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan aktivitas yang sama atau serupa. Kata fungsi di
sini berarti fungsi organisasional seperti fungsi keuangan dan produksi
bukan fungsi manajerial dasar seperti perencanaan atau pengendalian.
- Departementalisasi Produk. Kelebihan jenis ini
adalah: 1) Semua aktivitas dihubungkan dengan satu produk atau kelompok
produk sehingga dapat secara mudah diintegrasikan dan dikoordinasikan;
2) Kecepatan dan keefektifan pengambilan keputusan pun meningkat; 3)
Kinerja produk individual atau kelompok produk dapat diukur dengan lebih
mudah dan lebih objektif, sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas
departemen sebagai hasil dari aktivitas mereka. Kelemahannya, manajer
tiap departemen mungkin berfokus pada produk atau kelompok produk mereka
sendiri sehingga bagian lain dari organisasi terabaikan.
- Departementalisasi Pelanggan, organisasi
mengelompokkan aktivitasnya untuk merespon dan berinteraksi dengan
konsumen atau kelompok konsumen tertentu. Keuntungan dasar pada
pendekatan ini adalah organisasi dapat menggunakan tenaga spesialis yang
terampil untuk menangani konsumen atau kelompok konsumen yang unik.
- Departementalisasi Lokasi, mengelompokkan pekerjaan
atas dasar lokasi atau daerah geografis tertentu. Keuntungannya adalah
memudahkan organisasi untuk merespons konsumen yang unik dan
karakteristik lingkungan di berbagai wilayah. Sisi negatifnya adalah
staf admisnistrasinya yang lebih besar mungkin diperlukan jika
organisasi harus menelusuri unit-unitnya yang berada di lokasi yang
terpencar.
Hampir sama dengan Ricky W.Griffin,
George R. Terry dalam
Prinsip-Prinsip Manajemen menyebutkan bahwa tugas atau pekerjaan dapat dibagi menjadi
fungsi, tugas operasi, wilayah, langganan, proses, tim tugas, dan
matriks
- Proses, ditentukan oleh fasilitas-fasilitas teknis dan bersifat logis; biasanya diterapkan di tingkat operasional.
- Tim Tugas, suatu proyek khusus atau blok pekerjaan
yang ditugaskan kepada kelompo kerja yang bekerja sebagai unit yang
mampu bekerja sendiri karena mempunyai keahlian untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut. Pelaksanaan kerja seperti itu bersifat kebalikan
dari pembagian tugas pada umumnya dan agak terpisah dari unit-unit
organisasi, terkadang disebut juga pengoranisasian proyek.
- Matriks, pembagian kerja yang menganut pengawasan ganda; misalnya satu atas dasar teknis dan satu lagi atas dasar manajer
Faktor-faktor yang penting dalam mengadakan pembagian pekerjaan
adalah: 1) Membantu koordinasi; 2) Memperlancar pengawasan; 3)
Memanfaatkan spesialisai; 4) Menghemat biaya; 5) Menekankan pada
hubungan antar-manusia.
Dengan adanya prinsip orang yang tepat di tempat yang tepat (
the right man in the right place) akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran, dan keefektifan
kerja.
Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja.
Kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan
mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan. Oleh
karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan
pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi
prinsip-prinsip lainnya.
- Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Menurut
George R. Terry dalam
Prinsip-Prinsip Manajemen disebutkan
bahwa untuk melengkapi sebuah organisasi, unit-unit pegawai digabungkan
bersama melalui suatu wewenang yang menetapkan hubungan antara
unit-unit tersebut. Hubungan seperti itu perlu ditetapkan karena hanya
apabila hubungan tersebut dipahami benar-benar oleh tiap-tiap unit maka
mereka dapat berfungsi sebagai komponen.
Seseorang diperlukan untuk mengarahkan kegiatan setiap unit menuju sasaran-sasaran organisasi. Setiap
karyawan
dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap
wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung
jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan
pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin
kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula
sebaliknya.
Pendelegasian wewenang merupakan suatu faktor yang vital di dalam
manajemen, karena: (a) menetapkan hubungan organisatoris formal di
antara anggota-anggota badan usaha; (b) memberikan kekuasaan manajerial,
yakni member “senjata” keadaannya “memaksa”; dan (c) mengembangkan
bawahan dengan cara member izin kepada mereka untuk mengambil keputusan
dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dari program-program
latihan dan pertemuan-pertemuan.
Suatu pendelegasian bukan merupakan gejala alamiah bagi kebanyakan
orang. Ada beberapa manajer yang suka melakukan dominasi; mereka
berkeinginan untuk mempengaruhi orang lain, ingin ikut serta di dalam
setiap keputusan dan menjadi “sutradara”. Seringkali seorang manajer
mungkin merasa bahwa tidak ada orang lain yang dapat melakukan suatu
pekerjaan seperti dirinya sendiri; oleh karena itu dia sendirilah yang
harus melaksanakannya. Atau, mungkin dia sendiri yang ingin mencapai
suatu prestasi yang “istimewa” dan diakui keberhasilan yang “super” itu.
Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu
usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi terletak pada puncak
pimpinannya karena yang mempunyai wewenang terbesar adalah manajer
puncak. Oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai keahlian
dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.
Ada batas-batas tertentu pada suatu wewenang. Misalnya, sudah menjadi
suatu hal yang umum bahwa beberapa anggota manajemen tingkat atas harus
mengetahui suatu keputusan atau dasar dari suatu keputusan yang belum
dilaksanakan. Wewenang yang digunakan harus sesuai dengan tujuan utama
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan.
- Disiplin (Discipline)
Disiplin
merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila
wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang.
Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin
terhadap disrinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap
pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada padanya.
- Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip
kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan
baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui
dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer
lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan
tanggung jawab serta pembagian kerja.
Menurut
George R. Terry dalam
Prinsip-Prinsip Manajemen,
perintah-perintah dapat berupa: a) lisan, atau b) tulisan; tergantung
dari: a) tingkat kepercayaan antara pemberi perintah dan penerimanya, b)
hubungan tatap muka dalam organisasi dan c) keperluan akan dokumen
untuk referensi di masa yang akan datang.
Pada beberapa perusahaan, perintah-perintah lisan yang berurusan
dengan subjek-subjek penting , diulang kembali oleh penerima perintah
untuk meyakinkan kelengkapan dan ketepatannya. Demikian pula
perintah-perintah lisan dapat dikonfirmasikan secara tertulis apabila
penyampaiannya harus diverifikasi dan menjadi dokumentasi.
Sekali perintah telah dikeluarkan, maka pemberi perintah harus
melihat apakah perintah tersebut dilaksanakan atau diabaikan. Cara-cara
seperti itu menunjukkan manajemen yang baik. Adalah sangat bijaksana
untuk memperkenankan adanya variasi dalam memelihara dan melengkapi
perintah-perintah tersebut.
- Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Pengarahan merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan
usaha-usaha anggota-anggota dari suatu kelompok, sehingga melalui
tugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dan
kelompoknya. Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin
secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut.
Pengarahan yang baik bukanlah suatu bentuk kediktatoran. Para pekerja
mengharapkan dapat diberikan informasi-informasi yang diperlukan
mengenai jumlah, kualitas, dan batas waktu yang diperkenankan untuk
pekerjaan tersebut.
Apabila mengarahkan suatu tugas yang baru, maka manajer harus member
arah secara penuh. Partisipasi para pegawai, komunikasi yang memadai,
dan kepemimpinan yang kuat merupakan dasar-dasar untuk mengarahkan. (
Prinsip-Prinsip Manaejemen, George R. Terry)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu
diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan
pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan
perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah
sehingga menimbulkan arah yang berlawanan.
Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat
wewenang untuk pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus
mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi
kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak
dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab,
disiplin, serta kesatuan perintah.
- Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada
kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang
sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan loancar sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.
Setian karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan
pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan
organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan
orgabisasi dapat terwujud, apanila setiap karyawan merasa senang dalam
bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
- Penggajian pegawai
Salah satu bidang etika manajerial yang penting adalah perlakuan
karyawan oleh organisasi mereka. Bidang ini termasuk hal-hal seperti
memperkerjakan dan memeca orang, upah dan kondisi kerja, dan kebebasan
pribadi dan rasa hormat.
Menurut
Ricky W. Griffin dalam
Manajemen,
upah dan kondisi kerja, walaupun diatur dengan ketat, juga merupakan
bidang yang memungkinkan timbulnya kontroversi. Sebagai contoh, fakta
bahwa seorang manajer membayar karyawan lebih sedikit daripada yang
layak diterimanya, karena manajer tahu bahwa karyawan tersebutm tidak
mungkin keluar atau tidak mau mengambil risiko kehilangan pekerjaannya
jika protes, mungkin dianggap tidak etis. Sebagian besar pengamat juga
akan setuju bahwa organisasi diwajibkan melindungi kebebasan pribadi
karyawannya.
Gaji
atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya
kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan cemas dan
kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan kewajibannya
sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh
karena itu, dalam prinsip penggajian haris dipikirkan bagaimana agar
karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus
diperhitungkan agar menimbuulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja
sehingga karyawan berkompetisi untuk membuat prestasi yang lebih besar.
Prinsip
more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi
lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan
sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan
mungkin akan menimbulkan tindakan tidak disiplin.
- Pemusatan (Centralization)
George R. Terry menyebutkan sentralisasi dan
desentralisasi wewenang merupakan bagian-bagian yang penting dari suatu
wewenang. Sentralisasi mengandung arti sebagai suatu pemusatan
wewenang; sedangkan desentralisasi berarti membagi wewenang tersebut.
Kedua bentuk tersebut memunyai hubungan dengan pendelegasian wewenang,
karena yang dipersoalkan adalah berapa banyak wewenang yang
didelegasikan kepada bawahan.
Sentralisasi wewenang mendapat dukungan luas karena: (a) dapat
menghindari fungsi-fungsi yang bersifat ganda; (b) menyeragamkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan mnedukung praktik kerja; (c) memperoleh
wibawa para manajer dan dapat mengembangkan tugas-tugas mereka secara
penuh; dan (d) pembagian tugas menurut keahlian masing-masing dapat
dimaksimalkan, terutama karena ruang lingkup dan volume pekerjaan yang
diproses.
Sebaliknya, desentralisasi wewenng lebih dekat berhubungan dengan
hal-hal sebagai berikut (a) mendorong efektivitas hubungan antarmanusia;
(b) terdapat kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan dan
mengelola; (c) meningkatkan kerjasama dan membina bagian-bagian dari
organisasi; (d) menyebarkan risiko-risiko kerugian personal dan
fasilitas-fasilitas.
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam
suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang
wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya
kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari
kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini
juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (
delegation of authority).
- Hirarki (tingkatan)
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian
kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki.
Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak
dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka
setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab
dan dari siapa ia mendapat perintah.
Pemilik
Pemilik dari suatu bisnis, tentu saja, adalah orang-orang yang
memiliki hak milik hukum terhadap bisnis tersebut. Pemilik dapat
merupakan seorang yang mendirikan dan menjalankan suatu bisnis kecil,
partner yang secara bersama-sama memiliki bisnis, investor individu yang
membeli saham dalam suatu perusahaan, atau organisasi lain.
Dewan Direksi
Dewan direksi perusahaan dipilih oleh para pemegang saham dan
bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen perusahaan secara umum,
untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan dengan cara yang
paling memuaskan kepentingan para pemegang saham. Beberapa dewan direksi
bersifat pasif. Mereka berfungsi sebagai pengawas umum umum tapi jarang
terlibat secara aktif dalam menjalankan perusahaan. meneliti perusahaan
yang mereka awasi dan lebih banyak mempengaruhi pengolahan perusahaan.
Karyawan
Karyawan (
employees) organisasi merupakan elemen utama dari
lingkungan internal. Yang menjadi perhatian khusus manajer pada saat ini
adalah sifat angkatan kerja yang berubah karena gender, etnis, umur,
dan dimensi lainnya dari karyawan menjadi lebih beraneka ragam.
Karyawan juga meminta lebih banyak kepemilikan pekerjaan –sebagian
kepemilikan atas perusahaan atau setidaknya lebih banyak kebebasan bagi
mereka dalam cara melakukan pekerjaan mereka.
Tren lain yang terjadi di banyak perusahaan adalah meningkatnya
ketergantungan terhadap pekerja temporer- individu yang dipekerjakan
untuk periode waktu yang singkat tanpa kemungkinan untuk menjadi
karyawan tetap.
- Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena
pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan
kacau atau
tegang.
Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh
karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi.
Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam
mencapai tujuan.
- Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan
moral
karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus
ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling
besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya dengan
sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
- Stabilitas kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya
agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan
terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban
dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang
berbudaya
memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak
terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan
goncangan dalam bekerja.
- Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya
pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna
bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa
terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman
seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari karyawan
harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang
lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan
terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak
gairah kerja. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima
dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
- Semangat kesatuan, semangat korps
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib
sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.
semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran
bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain
sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan
mampu melahirkan semangat kesatuan (
esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan
friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana.
APLIKASI
Bisnis penerbitan pers pada prinsipnya merupakan perpaduan dari tiga
bidang kegiatan, yaitu bidang redaksional, percetakan dan bidang usaha.
Ketiga bidang itu dalam melaksanakan kegiatannya, harus saling terkait
dan terikat pada penyelesaian pekerjaan masing-masing sesuai dengan
aturan yang sudah ditentukan.
Manajemen penerbitan pers harus mampu menciptakan, memelihara dan
menerapkan sistem kerja yang proporsional dengan menumbuhkembangkan rasa
kebersamaan di antara sesame personil.
Millenium ketiga seperti sekarang ini, kecenderungan bisnis bergeser
dari bisnis industri ke bisnis jasa. Mengapa bisnis penerbitan pers kini
tumbuh subur. Jawaban yang pas kiranya seperti yang dikemukakan
McLuhan, yaitu karena manusia membutuhkan media massa. Manusia dalam
melaksanakan hajat hidupnya membutuhkan media untuk memperoleh informasi
sekaligus bisa berkomunikasi dengan lingkungannya.
Lord Thompson Fleet, tokoh pers dari Inggris, mengatakan perusahaan
penerbitan pers yang baik adalah yang dapat menciptakan keuntungan.
Kekuatan financial dan stabilitas komersial, merupakan jaminan terhadap
perkembangan penerbitan pers. Manajemen, harus mampu mempergunakan
sumber daya yang dimilikinya.
Dengan demikian, maka bisnis penerbitan pers memang harus dilengkapi
dengan penerapan manajemen yang profesional. Sebelum terjun langsung
dalam penerbitan pers, pengelola media massa harus dapat menyesuaikan
diri, dengan mencoba menguasai situasi untuk kepentingan pangsa pasar.
Karena sebenarnyalah dalam persaingan bisnis media massa, kekuatan pasar
pada akhirnya akan tetap menjadi pemenang (Jacques Alfali, Millenium,
1997).
Daftar Pustaka
Manajemen karya Ricky W. Griffin
Manajemen Penerbita Pers karya Drs. Totok Djuroto
Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah karya H. Malayu S.P Hasibuan
Prinsip-Prinsip Manajemen karya George R. Terry